Filosofi Karakter Wayang Lengkap | Padamu Nyai

Iklan Atas Artikel

Iklan Bawah Artikel

Filosofi Karakter Wayang Lengkap

Padamu Nyai. Wayang merupakan sebuah pertunjukan atau tontonan yang menceritakan beberapa kisah. Baik itu kisah fiktif maupun kisah nyata sebagai sebuah pelajaran yang bisa diambil dari cerita wayang tersebut.Untuk mengenal lebih jauh tentang karakter wayang pada kesempatan ini penulis akan berbagi tentang Filosofi Karakter Wayang Lengkap dengan penjelasannya satu persatu.

Sebelum masuk ke penjelasan Filosofi Karakter Wayang alangkah baiknya mengetahui Nama-nama Wayang Lengkap disini. Tokoh Karakter dalam wayang jumlahnya memang cukup banyak, sesuai dengan tokoh dalam cerita Mahabrata maupun Ramayana, ditambah dengan tokoh-tokoh ‘carangan’ atau tokoh tambahan, seperti para abdi atau punakawan. 

Berikut adalah penjelasan Filosofi Karakter Wayang Lengkap. Langsung saja disimak uraiannya:

Filosofi Cakil
Cakil merupakan seorang raksasa dengan rahang bawah yang lebih panjang dari pada rahang atas. Tokoh ini merupakan inovasi Jawa dan tidak dapat di temui di India, dalam sebuah pertunjukan wayangm cakil selalu berhadapan dengan Arjuna ataupun tokoh satria yang baru turun gunung dalam adegan Perang Kembang. Tokoh ini hanya merupakan tokoh humoristis saja yang tidak serius. Sebenarnya, cakil melambangkan tokoh yang pantang menyerah dan selalu berjuang hingga titik darah penghabisan karena dalam perang Kembang tersebut Cakil selalu tewas karena kerisnya sendiri. 



Filosofi Dawala
Dawala adalah punakawan yang digambarkan memiliki hidung mancung, muka bersih, sabar, setia, dan penurut tetapi kurang cerdas dan kurang begitu trampil. Di Jawa Tengah dan Jawa Timur, tokoh ini dikenal dengan nama Petruk. Biasanya dikeluarkan bersama dengan Astrajinga alias Cepot dan Semar sebagai teman humor pada lakon goro-goro atau lakon humor dalam pagelaran wayang.


Filosofi Punakawan Lengkap, Filosofi Karakter Wayang, Penjelasan Karakter Wayang, Sifat Kepribadian Karakter dalam Wayang, Pembagian Karakter Wayang, Penjelasan Karakter Wayang Lengkap, Filosofi Ajudan dalam Wayang, Penjelasan tentang Punakawan Lengkap, Profil Punawakan Lengkap, Profil karakter Wayang


Filosofi Gareng
Nama lengkap dari Gareng sebenarnya adalah Nala Gareng, hanya saja masyarakat sekarang lebih akrab dengan sebutan ‘Gareng’. Gareng sadalah punakawan yang berkaki pincang. Hal ini merupakan sebuah sanepa dari sifat Gareng sebagai kawula yang selalu hati-hati dalam melangkahkan kaki. Selain itu, cacat fisik Gareng yang lain adalah tangan yang ciker atau patah. Ini adalah sanepa bahwa Gareng memiliki sifat tidak suka mengambil hak orang lain. Di ceritakan bahwa tumit kanannya terkena semacam penyakit bubul.

Gareng adalah anak sulung dari Semar. Dalam suatu carangan, Gareng pernah menjadi raja di paranggumiwayang dengan gelar Pandu Pragola. Saat itu dia berhasil mengalahkan prabu Wlgeduwelbeh raja dari Borneo yang tidak lain adalah penjelmaan dari saudaranya sendiri, yaitu Petruk. Dulunya, Gareng berwujud ksatria tampan bernama Bambang Sukodadi dari padepokan Bluktiba. Suatu hari, saat baru saja menyelesaikan tapanya, ia berjumpa dengan ksatria lain bernama Bambang Panyukilan. Karena suatu kesalah pahaman, mereka malah berkelahi. Dari hasil perkelahian itu, tidak ada yang menang dan kalah,bahkan wajah mereka berdua rusak. Kemudiann datanglah Batara Ismaya (Semar) yang kemudian melerai mereka. Karena Batara Ismaya ini adalah pamong para ksatria Pandawa yang berjalan di atas kebenaran, maka dalam bentuk Jangganan Samara Anta, dia (Ismaya) memberi nasihat kepada kedua ksatria yang baru saja berkelahi.

Karena kagum oleh nasihat Batara Ismaya, kedua ksatria itu minta mengabdi dan minta diakui anak oleh Lurah Karang Dempel, titisan dewa (Batara Ismaya)itu. Akhirnya Jangganan Samara Anta bersedia menerima mereka, asal kedua ksatria itu mau menemani dia menjadi pamong para ksatria berbudi luhur (Pandawa), dan akhirnya ,ereka berdua setuju.


Filosofi Petruk
Petruk adalah punakawan yang tinggi dan berhidung panjang. Dalam suatu kisah berjudul Petruk Menjadi Raja, dia memakai nama Prabu Kantong Bolong Bleh Geduweh. Menurut versi Sunda, Petruk ini bernama Dawala.



Filosofi Togog
Togog adalah putra dewa yang lahir sebelum Semar, tapi karena tidak mampu mengayomi bumi maka Togog kembali ke asal (tidak jadi lahir) dan waktu bersamaan lahirlah Semar. Pada zaman kadewatan di ceritakan Sanghyang Wenang mengadakan sayembara untuk memilih penguasa khayangan dari ketig cucunya, yaitu  Bathara Antaga (togog), Bathara Ismaya (semar), dan Bathara Manikmaya (Bathara Guru). Untuk itu sayembara diadakan dengan cara barang siapa dari ketiga cucunya tersebut dapat menelan bulat-bulat dan memuntahkan kembali Gunung Jamurdipa maka dialah yang akan terpilih menjadi penguasa khayangan. 

Pada giliran pertama Bathara Antaga (togog) mencoba untuk melakukanya, namun yang terjadi malah mulutnya robek dan jadi dower seperti yang kita lihat pada karakter Togog sekarang. Giliran berikutnya adalah Bathara Ismaya (Semar) yang melakukanya, Gunung Jamurdipa dapat di telan bulat-bulat, tetapi tidak dapat di keluarkan lagi, dan jadilah Semar berperut buncit karena ada gunung di dalamnya. Karena sayembara sudah musnah di telan Semar maka yang berhak memenangkan sayembara dan di angkat menjadi penguasa kadewatan adalah sang HyangManikmaya atau Bathara Guru, cucu bungsu daru sang Hyang Wenang.

Adapun Bathara Antaga (togog) dan Bathara Ismaya (semar) akhirnya di utus turun e Maycapada (dunia manusia) untuk menjadi penasihat, dan pamong pembisik makna sejati kehidupan dan kebijakan pada manusia, yang pada akhirnya Semar di pilih sebagai pamong untuk para ksatria berwatak baik (Pandawa) dan Togog di utus sebagai pamong untuk para ksatria dengan watak buruk.


Filosofi Bilung
Bilung adalah seorang raksasa kecil yang berteman dengan para punakawan, dia adalah sahabat dari Togog dan kemana-mana selalu berdua. Bilung digambarkan sebagai tokoh dari luar jawa yaitu Melayu. Setiap bertemu denga Petruk selalu menantang berkelahi dan mengeluarkan sauara kukuruyuk seperti ayam jago. Namun, sekali dipikul oleh Petruk dia langsung kalah dan menangis. Dalam beberapa cerita wayang, Bilung yang punya nama lain Tokun ini terkadang berperan menjadi punakawan yang memihak musuh. Biasanya Bilung akan memberi masukannya tidak di dengarkan oleh majikannya, dia akan berbalik memberi berbagai masukan yang ubruk.


Filosofi Bagong
Bagong adalah nama salah satu tokoh punakawan dalam cerita wayang dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dalam cerita wayang dari Jawa Barat, ia bernama Cepot atau nama yang lebih lengkapnya, yaitu Astrajingga. Bagong adalah anak ketiga dari Semar dengan Ibunya Sutiragen. Dengan bersenjatakan golok, kebiasaan Bagong adalah selalu membuat humor, tidak peduli kepada siapa pun, baik ksatria, raja maupun para dewa. Meskipun demikian, lewat humor-humornya dia memberi nasihat, petuah dan kritik.
Filosofi Karakter Wayang, Penjelasan Karakter Wayang, Sifat Kepribadian Karakter dalam Wayang, Pembagian Karakter Wayang,

Lakonnya biasanya di keluarkan pleh dalang di tengah kisah, selalu menemni para ksatria dan di gunakkan dalang untuk menyampaikan pesan-pesan bebas bagi pemirsa dan penonton baik itu nasihat, kritik, petuah atau sindiran yang tentu saja akan disampaikan secara humor.

Dalam perang, Bagong biasanya ikut perang dengan membawa golok. Lawan utamanya adalah raksasa yang selalu menjadi mangsa goloknya. Namun, Bagong sering merasa kewalahan jika melawan para ksatria tersebut.


Filosofi Cangik
Seorang peayan wanita, pelawak kesayangan para penonton biasanya mengiringi kehadiran Sumbadra atau putri kelas atas lainya. Meskipun perawakannya kurus, dadanya mengerut dan penampilanya aneh, dia sangat mudah tersipu-sipu dan genit , dengan sisir yang selalu ia bawa sebagai buktinya. Suaranya tinggi, melengking, dan seperti bersiul karena dia tidak mempunyai gigi.


Filosofi Limbuk
Limbuk adalah perempuan Cangik, juga seorang abdi perempuan yang konyol. Meskipun penampilanya sangat berbeda dengan ibunya, dia memunyai rasa keyakinan yang sama akan daya tariknya yang tinggi. Dia juga membawa sebuah sisir denganya kemana-mana. Suaranya keraas, rendah dan menyentuh secara janggal.


Filosofi Tualen
Tualen atau malen merupakan salah satu tokoh punakawan (bahasa bali parekan) dalam tradisi pewayangan di Bali. Karakternya mirip dengan Semar dalam pewayangan Jawa. Dalam tradisi pewayangan Bali, Taulen di gmbarkan seperti orang tua berwajah jelek, kulitnya berwarna hitam, namun di balik penampilanya tersebut , hatinya mulia, perilakunya baik, sopan santun, dan senang memberi petuah bijak. Dalam tradisi pewayangan Bali umumnya, putranya berjumlah tiga orang, yaitu Merdah, Delem, dan Sangut. Mereka berempat  (termasuk Tualen) merupakan punakawan yang sangat terkenal di kalangan masyarakat Bali.

Filosofi Merdah
Merdah merupakan salah satu tokoh punakawan (bahasa Bali:parekan) dalam tradisi pewayangan Bali. Menurut masyarakat Buleleng (Bali Utara), Merdah merupakan adik Tualen, namun menurut tradisi Bali Tengah dan masyarakat Bali pada umumnya, Merdah merupakan salah satu putra Taulen. Dalam pertunjukkan wayang, Merdah sering muncul bersama Taulen, melakukan dialog penuh lelucon, namun sarat nasihat.


Filosofi Delem
Delem atau Melem merupakan salah satu tokoh punakawan (bahasa Bali: parekan) dalam tradisi pewayangan Bali. Delem bermata juling, lehernya gondok, dan tubuhnya pendek. Dalam pewayangan kulitnya berwarna merah tua. Delem bersifat angkuh, sombong, licik, dan suka omong besar. Di hadapan para ksatria dan para raja ia selalu tunduk, namun kepada orang yang lebih muda darinya bertingkah sombong. Dalam pewayangan Bali, Delem sangat terkenal dan sering muncul bersama dengan Sangut, melakukan dialog penuh lelucon namun terselip nasihat. Keduanya merupakan tokoh punakawan yang sifatnya jelek.
Filosofi Punakawan Lengkap, Filosofi Karakter Wayang, Penjelasan Karakter Wayang, Sifat Kepribadian Karakter dalam Wayang, Pembagian Karakter Wayang, Penjelasan Karakter Wayang Lengkap, Filosofi Ajudan dalam Wayang, Penjelasan tentang Punakawan Lengkap, Profil Punawakan Lengkap, Profil karakter Wayang

Filosofi Sangut
Sangut merupakan salah seorang tokoh punakawan (bahasa Bali: parekan) dalam tradisi pewayangan Bali. Dalam pewayangan, Ssangut dilukiskan berbibir monyong dan berkulit kuning. Diantara para punakawan, tubuhnya yang paling kurus, tapi perutnya besar. Dalam pertunjukkan wayang ia sering muncul bersama Dalem dan melakukan dialog penuh lelucon.

Sumber : cahkaliboyo

Demikian penjelasan dari Filosofi Karakter Wayang Lengkap yang bisa Penulis sajikan pada kesempatan ini. Semoga bisa bermanfaat dan menambah pengetahuan kita dalam dunia wayang.

2 Responses to "Filosofi Karakter Wayang Lengkap"

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  2. Untung ada ini, jadi aku bisa nyelesain tugas print aku. Thanks yaaa :)

    ReplyDelete

Komentar dengan link aktif tidak akan pernah muncul Terima kasih.